Tulisan Untuk Ibu


Sedari kecil, Ibu tak pernah memanjakan saya dengan barang-barang yang mahal dan bermerk. Kami sekeluarga sudah terbiasa hidup sederhana, begitu pun juga masalah makanan, Ibu selalu memasak agar anak-anaknya tidak terbiasa jajan atau membeli makanan di luar rumah. Kesederhanaan inilah yang membuat saya selalu berusaha menerima keadaan keluarga dengan apa adanya.

Ibu adalah sosok pribadi yang kuat, meskih halangan datang silih berganti, beliau tak pernah menceritakan keluh kesah kepada anak-anaknya agar kami selalu tersenyum ceria. Saya masih ingat betul ketika malam-malam minta diantarkan oleh Ibu untuk mengprint tugas, ketika itu printer di rumah saya sedang bermasalah, kalau tidak salah tintanya kering, dan Ayah saya belum pulang ke rumah. Ibu dengan sabarnya mengantarkan saya ke warung internet terdekat untuk mencetak tugas yang besok harus dikumpulkan. Selepas mengprint, ada insiden dimana kedua kaki ibu saya jatuh ke dalam parit akibat ada bagian teras warnet tersebut yang rupanya bolong. Spontan saya terkejut, dengan posisi Ibu saya yang juga sedang menahan sepeda motor, saya masuk ke dalam warnet dan marah-marah kepada abang penjaga warnet. 

Kala itu saya masih menginjak kelas 4 SD, jadi untuk membantu Ibu saya menahan sepeda motor pun rasanya belum kuat. Sepulangnya di rumah, saya hanya bisa diam dan menangis terisak-isak, takut Ibu saya kenapa-napa. Kalau diingat lucu juga, saking marahnya pada abang warung internet saat itu, saya sampai ada ide untuk balas dendam meneror warung internet yang sudah membuat kaki Ibu saya terluka. Hahaha.

Sejak kejadian itu saya berjanji pada diri saya untuk tidak merepotkan Ibu lagi, saya bersyukur insiden pada waktu itu tidak terjadi lebih parah. 17 tahun sudah saya banyak melewati asam garam kehidupan, meskih belum ada apa-apanya dibanding Ibu, saya sudah bisa merasakan bagaimana susahnya menjadi seorang Ibu. Lewat banyaknya ujian yang Allah berikan, saya belajar bagaimana cara menjadi seorang wanita yang mandiri dan dewasa dalam melewati tiap cobaan hidup. Diterpa kesulitan ekonomi adalah salahsatu resiko yang harus siap dihadapi seorang istri kapan saja, dari Ibu, saya banyak belajar bagaimana cara mengatur keuangan, bagaimana cara mengatur waktu yang baik, hingga tetap bersikap tegar dan selalu mencari solusi atas masalah yang terjadi.

Ibu, terimakasih telah mengajarkan saya cara menjadi wanita yang tangguh dan pribadi yang selalu bersyukur. Terimakasih telah mengarjakan bagaimana cara mengatur emosi sehingga menjadi orang yang sabar. Terimakasih telah mencontohkan saya bagaimana caranya menjadi Ibu yang baik untuk anak-anaknya, Ibu yang tak kenal lelah tuk selalu berusaha membuat anak-anaknya senang meskih terkadang suasana hatinya sedang tidak baik, dan Ibu yang hebat hingga membentuk karakter anak-anaknya menjadi pribadi yang tahan banting.


Untuk Ibu, maaf kiranya bila anakmu ini belum bisa memberikanmu apa-apa.
Saya sayang Ibu, sekarang hingga selamanya.






Dari anakmu,
yang sering kau suruh namun jarang menurut hehe


Komentar

Postingan Populer