MERASAKAN RITUAL WAJIB MENJADI MAHASISWA BARU SELAMA 4 HARI


Tidak terbesit dalam pikiran saya sebelumnya bagaimana bila nanti menjadi seorang mahasiswi, terutama di perguruan tinggi negeri. Persaingan antar mahasiswa bisa dibilang cukup sengit, karena rata-rata diisi oleh anak-anak pinter, bikin saya minder waktu pertama kali daftar SBMPTN. Begitu pula ketika mengerjakan soal tes SBMPTN, rasa tidak percaya tidak diri masih terus menyelimuti. 

Setelah melakukan daftar ulang dan lain sebagainya, rupanya saya belum resmi menjadi mahasiwa baru. Kenapa? Karena saya masih harus melewati satu tahap lagi, yaitu PBAK (Pengenalan Budaya Akedemik dan Kemahasiswaan) alias OSPEK. Tau sendiri kan, banyak berita seputar OSPEK yang bisa dibilang nggak enak, salahsatunya tentang kekerasan senior terhadap junior. Maka dari itu, saya was-was banget sama yang namanya OSPEK. 

Sehari sebelum PBAK, tepatnya tanggal 27 Agustus, saya bersama teman-teman sekelompok yakni Kelompok 12-Machiavelli, mengadakan kerja kelompok untuk menyelesaikan tugas PBAK yang berupa membuat Id card, serta kelengkapan lainnya. Sama seperti masa SMK, teman-teman saya didominasi oleh para anak rantau. 

Hari pertama PBAK alias OSPEK,
Selasa, 28/08/18

semua mahasiswa baru dari 9 fakultas di bariskan dalam satu tempat yakni lapangan bagian depan kampus. Bedanya dengan Masa Orientasi Siswa saat SMK kemarin, upacara pembukaan PBAK di kampus saya kali ini tidak terlalu ketat. Bahkan sesaat sebelum upacara dimulai, para mahasiswa diperbolehkan untuk makan maupun minum di barisan masing-masing. Begitu pula saat memasuki Sport Center kampus untuk mendengarkan materi dari beberapa alumni dan petinggi kampus, salahsatunya adalah Wakil Rektor, kami juga diperkenankan untuk bermain HP, bahkan makan bekal sekalipun. Dan enaknya lagi, senior ngga ada yang komen walaupun kita tidur saat materi dijelaskan. Mantap betul. *angkat 2 jempol*

Satu hal yang bikin saya ngga nyaman pada hari pertama adalah saya salah pakai sepatu, sepatu pantofel yang saya gunakan adalah milik Ibu. Heelsnya yang lumayan tinggi bikin kaki capek dan pastinya malu karena mirip mbak-mbak SPG. 

-

Hari kedua, kami dikumpulkan per fakultas,
Kamis, 29/08/18

dan saya sendiri menjadi bagian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Tak perlu kaget, karena saya sendiri juga tidak menyangka dan terpikirkan kenapa saya mengambil jurusan Hubungan Internasional padahal saya ngga suka politik. Yaudalah ya~

Mahasiswa FISIP memang dikenal suka orasi alias demo alias suka protes hahaha, yaiyalah namanya juga ilmu sosial dan politik. Saya tidak terlalu merasa salah jurusan karena saya sendiri juga menyukai public speaking dan bahasa inggris walaupun gabisa bahasa inggris. 

Hari ketiga, pagi-pagi saya sudah kena hukum. 
Kamis, 30/08/18

Gara-gara sepatu pantofel yang saya pakai pada hari pertama memiliki heelsnya yang bikin saya engga nyaman, akhirnya saya ganti pakai flatshoes warna hitam tapi tetap kena hukum karena ada warna putih di bagian bawahnya. Alhamdulillah, suasana tidak seperti OSPEK yang saya bayangkan. Semua peserta yang dihukum karena atributnya tidak lengkap, salah atau tidak sesuai, dan terlambat hanya disuruh untuk membenahi agar tidak terulang kesalahan yang sama esok hari. Saya kira disuruh bersihin wc atau lari 10 putaran keliling kampus. 

Bagian menggelitik adalah ketika para mahasiswi yang menggunakan make up harus ikut dihukum dan membentuk satu barisan sendiri. Setelah berbaris rapi, kakak tingkat akan membagikan kapas dan air mineral untuk menghapus make up mereka. Ya jelas air mineral, kalau make up remover mahal dong. Ada yang pakai eyeliner, maskara, bb cushion, hingga ada yang ketahuan membawa satu kotak make up. Positive thingking aja, mungkin dia merangkap menjadi Make Up Artist alias MUA. 

Sesuai dengan namanya, Pengenalan Budaya Akedemik dan Kemahasiswaan, kegiatan PBAK diisi dengan materi-materi sesuai dengan tema masing-masing fakultas. Kalau di fakultas saya sendiri yakni FISIP, tema yang diusung adalah Bergerak Atau Mati. Tak hanya dari para Guru Besar fakultas, pemateri juga berasal dari kakak tingkat sendiri yang sudah senior atau semester atas. Selain itu, para mahasiswa baru dikenalkan dengan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), jika di SMP/SMA semacam ekskul. Saking banyaknya, saya jadi bingung mau ikut yang mana. 

Para maba juga tidak luntang-lantung kelaparan selama PBAK, karena tiap jam makan siang, panitia akan membagikan nasi kotak. Lumayan deh, uangnya bisa ditabung karena ga perlu repot beli jajan di luar.

Hari ke-empat atau hari terakhir penuh dengan kejutan. 
Jumat, 31/08/18

Agar tidak dihukum lagi, akhirnya saya mengecat sepatu menggunakan cat akrilik berwarna hitam. Tapi ternyata sama saja, saya tetap dihukum karena tidak menggunakan pantofel. Ya, sudah kelihatan sekali, hari terakhir adalah kesempatan para kakak tingkat menunjukkan eksistensinya dengan mencari-cari kesalahan junior dan marah-marah di depan barisan. Eits, sisi positifnya mereka ngga cuma marah-marah ga jelas, melainkan menjelaskan alasan mengapa sepatu kami harus padu "Biar kalian dipandang fakultas lain juga enak, oh ini anak-anak FISIP. Rapi". 

Percuma juga saya ngecat sepatu akhirnya dihukum juga. Dua hari terakhir ini, hp, alat make up, jajan juga disita, sehingga para mahasiswa di fakultas saya, FISIP, cuma bisa duduk diam dan mendengarkan materi. Kalau bosan, ya tidur. 

Yang mengejutkan adalah tiba-tiba kakak-kakak senior yang menjadi panitia PBAK datang dengan marah-marah dan gebrak-gebrak pintu layaknya film-film laga. Lagi-lagi mereka mencari-mencari kesalahan maba dengan bertanya siapa yang tidak mengerjakan tugas. Para panitia marah-marah layaknya aktor antagonis, dan para maba membela mereka yang dibentak oleh senior karena tidak mengerjakan tugas. Kami para maba diancam tidak lulus dan akan mengikuti PBAK tahun depan. Udah mirip sinetron, bedanya ini dalam kenyataan, saya berasa bermain dalam sebuah drama teater. Asik, tapi bikin tensi naik turun juga. Lucunya, ada saja maba yang terpancing dengan amarah senior dan berakhir dengan berantem beneran. *tepuk jidat*

Drama berakhir ketika ketua panitia mengatakan bahwa kami semua lulus PBAK. Yaiyalah pasti lulus, kasihan yang berantem beneran sama senior, dia malu ngga ya setelah tahu ini semua drama? 

Setelah sholat jumat, semua peserta PBAK dikumpulkan kembali ke Sport Center kampus dan mendengarkan ceramah dari Zawawi Imron. Beliau adalah sastrawan sekaligus budayawan yang telah memiliki banyak penghargaan, bahkan namanya harum di negeri orang. Salut sekali. Di akhir ceramah, beliau membacakan sebuah puisi berjudul "Ibu" yang sukses membuat para mahasiswa baru berdecak kagum. Termasuk saya yang meneteskan air mata ketika Zawawi Imron membacakan salahsatu larik dalam puisinya.

"Kalau ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan, 
namamu Ibu, yang kan kusebut paling dahulu".

Saat acara penutupan PBAK di Sport Center akan berakhir, rupanya adalagi yang seru. Ada beberapa kakak tingkat yang mengajak 2 fakultas untuk ikut berdemo untuk menurunkan UKT alias SPP yang dirasa cukup kemahalan. Mereka semua berdemo di depan para dosen dan petinggi kampus dihadapan ribuan mahasiswa baru lainnya. Rupanya begini dunia perkuliahan, aspirasi tanpa batas. 



Intinya menurut saya, 4 hari PBAK/OSPEK benar-benar gokil, dan akhirnya saya telah resmi menjadi mahasiswa. Salam mahasiswa!  

Komentar

  1. Semoga akan ada momen mahasiswa turun ke jalan dan menggemakan jargon yang mempersatukan
    "Hidup mahasiswa"
    "Hidup mahasiswa"
    "Hidup rakyat Indonesia"

    BalasHapus
  2. Cerita yang menarik. Masa OSPEK emang gak bisa dilupain. Ada canda, tawa, dan drama.

    Anak fisip terkenal idealismenya. Ya, kalau baik. Pertahankan. Gak jarang fisip suka dipisahkan gedungnya. Gak di kampusku, gak di UIN Syarif Hidayatullah. Haha. Katanya biang provokasi. Waduhhh. 😅

    Selamat datang di dunia mahasiswa, Erika. Mudah-mudahan selesai sampai akhir!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah senang sekali bisa dikomen sama Kak Kadika 😀

      Iya betul terkenal bikin ricuh hehehe, tapi yang saya salut dengan FISIP adalah solidaritas mahasiswanya yang kuat. Bangga jadi bagian dari FISIP.

      By the way, saya juga salut dan terinspirasi dengan Kak Kadika. Terimakasih sudah menyempatkan berkomentar kak 🙏

      Hapus
    2. Untuk gak dipanggil Mas Kadika. Kalau gitu kek abang-abang gojek aja. ^_^ soalnya Kadika itu udah adopsi dari Kak Dika. haha.

      Keep Inspring, Erika! :D

      Hapus
    3. Oh begitu ternyata, jadi tahu Kak hihi.

      Siap, ditunggu karya-karyanya Kak Dika :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer