Titik 0



Setiap orang memiliki kemampuan yang terkadang hadir namun tidak disadari, hingga akhirnya kurang berkembang atau malah tidak terasah. Dari kecil, saya bukan tipikal anak yang senang berkutat belajar dengan angka atau masalah hitung-menghitung. Bagi saya, matematika adalah pelajaran yang membosankan, dimana kisah selalu berawal dan berakhir dengan angka, angka sudah seakan menjadi kawan. Jangankan mengerjakan soal ulangan, melihat angka-angka disusun panjang dan membentuk sebuah pola kalimat matematika saja, kepala berasa pusing dan pengen muntah rasanya. 

Tidak bisa pelajaran yang satu ini bukannya membuat saya semakin bersemangat belajar, namun malah ogah-ogahan. Hal konyol yang sebenarnya bodoh yang pernah saya lakukan adalah beberapa kali bolos bimbel bersama teman-teman saat pelajaran matematika dan malah nongkrong sambil obrolin hal yang ngga jelas di taman. Parahnya lagi, saya juga mengajak anak-anak lainnya untuk ikutan bolos (kan saya ngga egois hehe, nakal sih tapi ajak-ajak). Untungnya harapan hidup seakan muncul setelah berusaha menemukan apa passion saya sebenarnya. 

Ya, menulis dan menciptakan usaha sendiri.

Akhirnya. 

Menulis adalah cara saya berbagi cerita dengan banyak orang tanpa harus berbicara secara langsung di hadapan mereka. Dari menulis, saya banyak menemukan teman yang memiliki hobi yang sama, dikenal orang, hingga dipercaya orang lain untuk mendengarkan masalahnya. Cukup menyenangkan, bahkan lucunya mereka lebih kenal dengan blog saya ketimbang dengan saya. Ya sudahlah ya.


Berkenalan dengan jual-beli.

Berbisnis (ceilah bisnis) mungkin tak semudah yang ada dalam benak: promosi, mendapat pelanggan, mendapat untung banyak trus bisa ditabung. Ya kali, kalau semudah itu mah daridulu ngga ada pengusaha yang harus jatuh bangun membangun usahanya. Gak asik!

Kecintaan saya terhadap kegiatan jual beli dimulai sejak kecil, namun sayangnya saat itu belum memiliki keberanian untuk bilang ke orangtua. Akhirnya keinginan itu baru tercapai kala SMP, kelas 1 SMP, kedua orangtua mendukung betul anaknya yang satu ini untuk memulai usaha, bahkan saat itu untuk pertama kalinya, ayah dan ibu mengantarkan saya untuk bertemu penjual yang saya kenal dari salahsatu situs jual beli online, meski kondisi sedang hujan. 



Related image

Kalau dulu sih namanya "jam vintage" ya, lumayan booming waktu saya SMP


Keesokan harinya, dengan semangat membara, walaupun masih sedikit malu, dibantu teman, saya berani mempromosikan barang dagangan yang saat itu berupa jam dengan kisaran harga 35/40 ribu rupiah. Saya ingat betul awal-awal berjualan, ada yang ngutang dan belum dilunasi sampe sekarang hehehe (malah curhat). Dari sanalah, Erika yang awalnya pendiam dan kurang dikenal, menjadi penjual jam yang mulai banyak disapa teman-teman dan anehnya saya malah ngga kenal sama mereka. 



Related image

Ada yang masih inget jam nike kw yang pernah booming itu? Ya, itulah yang saya jual


Terus mengikuti perkembangan jaman adalah kunci penting membuat inovasi baru untuk mempertahankan usaha. Saat itu flower crown adalah trend yang sedang booming di kalangan cewe-cewe alay yang fotonya ingin terlihat kece. Kebetulan juga belum banyak yang jual, saya pun mulai cari sana-sini penjual flower crown tangan pertama sehingga harganya pun murah. Untung yang didapatkan dari menjual flower crown bisa dibilang bisa buat nambah-nambah uang jajan. 

Facebook adalah wadah bagi saya untuk mengupload stock sekaligus promosi, sayangnya foto-foto flower crown itu tidak lagi ada karena akun facebook yang lama telah saya hapus. Info jika saya menjual flower crown cepat tersebar dari mulut ke mulut anak-anak di sekolah sehingga permintaan flower crown semakin meningkat, tapi untuk satu alasan yang saya lupa, akhirnya mau tidak mau saya harus berhenti berjualan barang lucu yang satu ini. Dibilang eman, ya eman lah pastinya, tapi Allah pasti menggantikan rejeki itu dengan yang lebih baik :)



Image result for flower crown diy

Seperti itulah penampakan si flower crown


Satu minggu 300 ribu!           

Selepas berhenti berjualan flower crown, saya sering membantu di toko baju milik Ibu. Ingin rasanya berjualan kembali, tapi inovasi yang unik dan menarik belum terbesit sedikitpun. Tibalah masa menginjak kelas 1 SMK dan begitu banyak pemikiran untuk melanjutkan usaha. Meski awalnya sempat bingung mau berjualan apa, dan akhirnya berjualan kerudung adalah pilihan saya. Dibantu seorang teman, saya memulai usaha kecil-kecilan ini. Seperti saat SMP, info bahwa saya berjualan pun tersebar lewat mulut ke mulut. 

Dari yang seminggu hanya mendapat satu orderan, semakin lama orderan semakin banyak, bahkan seminggu bisa mendapat 10 pcs orderan kerudung. Kerudung yang saya jual adalah kerudung untuk sekolah, segi empat, hingga pasmina. Hampir 5/6 hari sekali saya harus pergi ke toko kain, 2/3 hari sekali jadwal saya adalah pergi ke penjahit yang jaraknya cukup menguras keringat bila dihitung dari kos. Semua itu saya lakukan sendiri dengan sesekali bantuan dari beberapa sahabat yang ringan tangan bersedia membantu packing dan mengantarkan ke penjahit dengan menemani berjalan kaki.


Jangan tanyakan bagaimana dengan masalah sekolah, pastinya tidak fokus karena pikiran hanya terkonsentrasi pada masalah jualan. Walau sepulang sekolah tidak bisa menikmati waktu santai, setidaknya dari usaha ini saya bisa mendapatan 300-350 ribu tiap minggunya (untung bersihnya sekitar 100-150 ribuan). Lumayan kan, itung-itung sebulan bisa bayar spp sendiri. Percaya atau engga sih, tapi yang saya dapatkan dari berjualan kerudung memang segitu jumlahnya, ditambah dengan makin dikenalnya olshop saya hingga ada beberapa pelanggan dari luar kota.


Kedua orangtua yang awalnya mendukung, akhirnya menjadi kontra karena khawatir anaknya yang satu ini malah ngga fokus belajar (ya emang). Ibu mulai mengancam akan melaporkan saya pada wali kelas bila masih nekad jualan kerudung. Saat itu cuma bisa mewek, bayangin saat udah bisa nabung hampir 1 juta dengan uang hasil dagang, eh tiba-tiba disuruh berhenti gitu aja. Tapi yang namanya ridho orangtua menjadi ridhonya Allah, kalau Ibu ngga ridho, ntar yang bayarin kos dan uang bulanan disini siapa? (gaya banget, mentang-mentang udah bisa bayar spp sendiri). 



Bye olshop.

Selepas berhenti jualan kerudung, rupanya bermunculan banyak saingan di sekolah yang sama-sama berjualan kerudung, termasuk salahsatu sahabat yang dulunya sering membantu saya mencari kain. Bukan sombong, tapi jujur seneng sih bisa membuat orang lain terinspirasi. Yakali aja sih hehe.

Bila tidak berjualan, ada yang kurang rasanya. Biasanya sepulang sekolah atau sebelum tidur sibuk mengurusi orderan, sibuk bales chat calon pembeli yang mengirimkan bukti transfer atau hanya sekedar tanya-tanya daftar harga. Berawal dari iseng membeli lampu hias sebagai lampu tidur, akhirnya perlahan saya pun mulai kembali membuka lapak dengan menjadi reseller lampu tumblr.



Image result for lampu tumblr

Semacam lampu yang sering dipajang di kafe-kafe atau warung remang2 wkwkwk


Tak puas hanya menjual lampu tumblr, saya juga menjual botol minum. Sayangnya, untung dari berjualan kedua barang itu hanya sedikit, dan malah beberapa kali rugi karena agen tempat saya menjadi reseller pindah ke luar kota dan mau tidak mau harus menanggung ongkir 3X lipat dari biasanya. 

Saya merasa berada dalam titik 0 ketika harus dihadapkan dengan kesulitan keuangan yang cukup menguras uang tabungan hasil berjualan dan semakin banyak tugas sekolah, sehingga begitu chat masuk yang sengaja tidak saya respon alasan itu.


                     

Beginilah penampakan olshop saya sebelum akhirnya saya mantap untuk menghapusnya.





Kenapa dihapus er?

Karena satu alasan yang ngga bisa dijelasin sekarang, 
yang pasti bukan karena bangkrut haha.



Temukan passion dan bersiap menghadapi titik 0.

Terkadang, banyak hal yang tidak kita syukuri, banyak hal yang membuat kita banyak mengeluh, tanpa tahu seberapa hebatnya diri ini. Lemah dalam suatu hal bukan berarti kurang pandai, hanya mungkin kekuatan kita tidak terletak dalam hal tersebut. Banyak yang perlu digali. 

Temukan mutiara yang cakangnya masih keras dan belum kita buka, jelajahi petualangan potensi dalam diri untuk mencari tahu telah sejauh mana kemampuan telah berkembang melampui yang lalu. Namun bila telah menemukan, bersiaplah menghadapi titik terendah dalam hidup yang akan memberimu pilihan untuk bangkit atau menyerah begitu saja pada keadaan. 



Komentar

Postingan Populer