Rela Ngantri Demi Gratisan



Orang Indonesia, selain suka hal yang berbau instan, juga menyukai hal yang berbau gratisan. Jaman sekarang semua butuh duit, bahkan untuk bisa menikmati fasilitas umum berupa wc umum pun juga perlu duit. Apa yang terjadi apabila kita tidak punya duit, mau makan liat dompet ternyata isinya bikin perut mules, dan ketika perut mules lu juga butuh duit untuk boker, tanpa duit, boker lu pun akhirnya menjadi tertahan. Maka dari itu, gue ingin mencoba hidup tanpa bergantung uang terutama uang dari orang tua, jadi gue mengusahakan menabung untuk keperluan sendiri sehingga ketika gue butuh, gue tidak perlu repot-repot minta kepada orang tua #tsah.

Hari tanpa uang itu terjadi ketika gue pergi ke perpustakaan daerah dengan salah seorang teman, sebut saja Raisa. Niat awalnya ingin mengembalikan buku dan sekedar baca-baca saja, tiba-tiba terbesit di benak kami mengenai Mie Akhirat yang lagi jadi trending topic di Sidoarjo saat itu. Ya, rumah makan tersebut menawarkan 2.000 porsi gratis selama 10 hari alias 200 porsi perharinya (dengan syarat me-repost salah satu foto dari akun instagram Mie Akhirat). Mudah kan? 

Kalau menurut gue acara gratisan ini diadakan selama masa grand opening, namun ada juga yang bilang kalau rumah makan ini sempat sepi pelanggan sehingga mereka menawarkan 2.000 porsi mienya secara cuma-cuma. Temen gue si Raisa tersebut ngajakin kesana, sementara pikiran gue ngerasa nggak mungkin karena; 


1. Posisi udah jam 4.30 sementara bukanya jam 5, dan biasanya no. antrian sudah 120-an
2. Paket data gue tidak aktif karena gue nggak punya uang buat beli pulsa 
3. Gue tidak membawa duit sepeserpun
4. Gue takut nggak bisa beli minum dan akhirnya malah kepedesan #fail
5. Mau ambil duit di rumah, takut emak gue malah nanya-nanya 
6. Dan ternyata gue tidak punya duit di rumah.



Ya, begitulah kira-kira keadaan finansial gue ketika sedang cuti dari sekolah, maklum gue sudah mau lulus jadi ke sekolah hanya pada saat pengumuman kelulusan dan pengambilan SKL (surat keterangan lulus) saja. Sebagai manusia yang mempunyai rasa sungkan tinggi, akhirnya gue jujur bahwa gue tidak punya duit, dan gue ucapkan dengan penuh rasa kecewa. Entah karena iba atau prihatin, si Raisa pun menawarkan bantuan kepada gue, bantuan yang ditawarkan dua sekaligus yakni hotspot dan sejumlah uang untuk membeli minum di Mie Akhirat. 

Gue udah mirip anak kost yang bisa makan spagetti di restoran bintang lima, saking senengnya atau saking kerenya. Kami biasanya tidak berdua, gue dan Raisa selalu berempat atau bertiga dengan kedua atau salah seorang teman kami. Ya, kami memang selalu bersama, udah mirip girlband cherrybelle. Setelah repost foto done, berangkatlah kami ke tempat yang dituju, dengan segala upaya dan daya, gue maksimalkan kecepatan motor si Raisa (semacam nyupirin), gue tidak memperhatikan kondisi penumpang gue yang penting kami berdua harus sampai disana sebelum jam 5. Fyi, hari itu adalah hari terakhir Mie Akhirat bagi-bagi porsi gratis. Hfft.

Dan sampailah kami di depan rumah makan, suasana sudah cukup rame, saking ramenya gue sampe bingung parkirin sepedanya dimana. Dari mulai mas-mas jomblo yang datengnya berdua sama temennya, sampe mbak-mbak yang datengnya gerombolan udah mirip jeketi 48, semuanya antri menjadi satu barisan. Gue tidak pernah melihat rumah makan segila ini, dan orang Indonesia yang serela ini antri demi sepiring mie gratis. Mungkin kalau ada rekor rumah makan dengan antrian terpanjang, tergila, dan terpanas, rumah makan inilah yang dapat memecahkannya. Gokil!



Sekilas mirip antrian jatah sembako.



Beginilah penampakan kupon yang bisa bikin gue makan mie gratis.
Abaikan jempol tangan gue.


Awalnya gue dan Raisa bingung, semua yang ngantri pada bawa kupon, sementara kami baru datang hanya langsung antri. Lagi-lagi si Raisa menawarkan bantuan, ia bertanya kepada mas-mas pelayan lalu mengikuti arahnya agar bisa mendapatkan kupon tersebut. 

Gue ditinggal sendiri, mengantri, sepi (ya begitulah nasib jomblo). Karena sungkan, kali ini gue menawarkan kemudahan, yakni gue yang mengantri sementara Raisa duduk di sebuah meja untuk booking tempat kami berdua. Setelah mengantri dan membayar di kasir, gue menghampiri Raisa dan duduk di sebelahnya. Saat gue di kasir ada cerita entah lucu atau justru kasihan, tapi menurut gue greget, di depan gue ada seorang mbak-mbak mengantri dan waktu giliran dia, si mbak ini tidak membawa kupon sementara ia ingin memesan dua porsi mie yang free. Jauh-jauh dateng, capek-capek ngantri dan waktu sampe ujung ternyata nggak tau prosedurnya.. ya, mungkin mbaknya lelah. 



Pelayanannya lumayan cepet, meskih harus menunggu beberapa menit namun kami dapat memaklumi karena nggak hanya kami yang mengantri, sekitar 200 orang lebih juga ikut mengantri demi bisa ngerasain nikmatnya makan mie gratis. 












nb: postingan ini tidak mengandung unsur endorsment.









Kalau kalian lebih suka rela antri demi yang gratisan atau bayar tanpa harus antri? :) 






Komentar

  1. Aku sih paling males kalok uda rame gitu. Apalagi sampek ngantri. Kayaknya lebih milih bayar ngga pakek ngantri. :P

    BalasHapus
  2. Setuju sama Beby. Tapi beruntung ngantri gitu akhirnya dapat. Rasanya mienya gimana? Enak banget kayak diucapin selamat pagi sama gebetan?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer