36 Bulan
Jam telah menunjukkan pukul enam tiga puluh, 15 menit lagi
gerbang sekolah akan ditutup, aku bergegas berangkat sekolah agar terhindar
dari omelan kepala sekolah yang ditunjukkan untuk para siswa yang terlambat. Aku
tidak ingin mengulangi kesalahan, untuk itu aku mencoba datang lebih awal dari
biasanya.
Di sekolah memang tidak ada yang istimewa, aku hanya
duduk-menerima pelajaran-pulang dan begitulah seterusnya, tapi bagiku tidak ada
yang membosankan disini. Datang ke sekolah dan bercengkrama dengan teman-teman
sangatlah menyenangkan. Bahkan saat tidak masuk sekolah seharipun, hariku
rasanya begitu sepi dan hampa, tentu karena tanpa canda tawa mereka.
**
1068 hari, atau 36 bulan, atau 3 tahun bukanlah waktu yang
singkat. Ibarat seorang anak, ia sudah mulai belajar membaca dan memasuki taman
kanak-kanan tingkat playgroup. Bahkan, tiga tahun yang lalu, saat aku memulai
semuanya disini, perasaanku sama sekali tidak senang.
Satu bulan pertama selalu diawali dengan rasa malas untuk
berangkat sekolah, banyak kesalahan yang sengaja kubuat, berharap kedua orang
tuaku mengerti perasaanku dan memindahkan anaknya ini ke sekolah yang lebih
baik, sekolah yang ia impikan tentunya. Semuanya terasa membosankan, lingkungan
sekolah juga itu-itu saja, tidak ada teman yang asyik, tidak ada lingkungan
yang aku dambakan, semuanya kaku. Hari-hariku diwarnai kesepian, harapan akan
memiliki teman yang asyik ternyata belum dikabulkan oleh Tuhan. Hingga
akhirnya, aku mengerti, aku tidak bisa terus seperti ini. Dan aku pun, berubah.
**
Beberapa bulan selang rasa sepi yang melandaku, semuanya
tidak seperti dulu lagi, semua berubah. Aku mulai mendapat kawan baru,
lingkungan baru yang mengasyikkan, teman-teman yang (hampir) gila, bahkan
beberapa kawan dari kelas lain. Sungguh menyenangkan. Kini, Tuhan telah mengabulkan keinginanku,
doaku telah didengar.
Hari demi hari, semakin banyak cerita yang berwarna di masa
SMP ku. Mulai dari kisah indahku saat merasakan cinta pertama, pengalaman saat dimarahi guru, hingga kisah menyedihkan saat aku memiliki hubungan yang
tidak harmonis dengan sahabatku sendiri. Semuanya terangkum dalam catatan sekolah menengah pertamaku.
Perjalanan selama tiga tahun disini, memang tidak mudah. Di
pertengahan masa adaptasiku, konflik baru pun datang. Kali ini pertengkaran dengan seorang teman adalah penyebab renggangnya hubunganku dengan teman
sekelasku. Aku mengerti aku bersalah, tapi aku hanya diam. Ya, aku memang bodoh.
**
Tahun ajaran baru dimulai, ada yang berharap kelas akan
diacak lagi hingga mereka bisa mendapat teman baru, ada juga yang berharap
sekelas lagi dengan temannya yang lama. Aku sendiri tidak memihak keduanya, apa
kata kepala sekolah yang menentukan nantinya.
Dan ternyata keputusannya adalah
kelas tetap seperti setahun sebelumnya. Setahun ke depan, keputusan ini akan
kujadikan sebagai kesempatan, ya, kesempatan beradaptasi kembali dengan teman
sekelasku sendiri. Meskih susah, namun aku harus bisa. Karena waktuku tidak
lama lagi berada disini. Akan kuubah nasibku dengan tingkah lakuku sendiri.
Lagi-lagi, aku harus berubah.
**
Adaptasi dengan orang-orang lama tidak mudah bagiku, ada
rasa canggung saat berbicara dengan mereka. Namun mereka menerimaku dengan
baik, hingga hubunganku dengan mereka telah berubah, menjadi lebih baik.
Kini aku
memiliki dua hubungan yang harmonis, satu sisi hubungan dengan teman sekelas,
dan satu sisi hubungan dengan teman luar kelas yang semakin akrab. Aku pun
bahagia, karena perubahan menjadi lebih baik yang aku lakukan selalu memberikan
hasil yang indah pada akhirnya.
**
Tak terasa canda tawa mereka sebentar lagi tidak akan
mewarnai hariku lagi, kekonyolan mereka tidak akan mengisi hariku lagi,
pertemuan kami akan segera berakhir. Rasanya tidak ingin pindah ke lingkungan
yang baru, tidak ingin beradaptasi kembali, namun aku tetap harus meninggalkan
tempat yang telah memberiku banyak arti hidup dan pelajaran ini. Bukan sekedar
sekolah, dan bukan sekedar tempatku menimba ilmu, tapi disini, tempatku mengisi
segala kekosongan dan kehampaan jiwa.
Disinilah aku bertemu dengan sahabat,
cinta pertama, teman-teman yang gila,
bahkan guru idolaku, tanpa mereka apalah arti dari setiap hembusan nafasku, karena
merekalah semangatku setelah kedua orang tuaku. Aku bangga menjadi bagian dari
kehidupan mereka.
**
Satu bulan lagi, aku tidak lagi menjadi seorang anak SMP
yang datang ke sekolah dan belajar disana memakai pakaian biru putih lengkap dengan atribut siswa SMP, tidak lagi. Aku akan segera
mendaftar ke sekolah yang lebih tinggi, dan memakai seragam putih abu-abu.
Setiap hari kulihat wajah teman-temanku tidak seceria seperti dulu lagi, kurasa
mereka juga mengerti bahwa perpisahan kami semakin dekat. Satu persatu foto
semasa SMP ku pandangi lekat-lekat, bagaimana aku dapat melupakan semua ini?
Semua terlalu indah untuk dikenang, dan selalu meneteskan bulir air mata ketika
diingat.
Ingin rasanya menjadi seorang pelupa, memulai kehidupan baru, menjalani
lingkungan yang baru, bertemu dengan
orang-orang baru tanpa memperdulikan kenangan yang telah lampau. Dilupakan
memang hal yang mudah, tidak seperti melupakan. Ketika seseorang dengan mudah
mengingat, ia pasti akan susah melupakan.
Tapi bagaimanapun, life must go on. Selalu ada perpisahan
disetiap pertemuan, namun segala sesuatu akan baik-baik saja pada akhirnya, jika
tidak baik, maka itu tidaklah sebuah akhir.
**
Untuk semua sahabatku, dan juga kelas yang telah menemaniku
selama dua tahun, IX-A, terima kasih untuk kalian, cerita singkat ini,
kepersembahkan pada kalian.
Memang sedih ya kalok uda perpisahan sekolah.. Rasanya ngga bisa sedekat dulu, karena bakalan punya kegiatan masing-masing. Semoga bisa tetep menjaga pertemanan yah :D
BalasHapusErikaa sweet poll, makasi juga selama 2 tahun ini. Sering main yaaa❤❤
BalasHapusErikaa sweet poll, makasi juga selama 2 tahun ini. Sering main yaaa❤❤
BalasHapusErikaa sweet poll, makasi juga selama 2 tahun ini. Sering main yaaa❤❤
BalasHapushaha bisa aja, terimakasih kembali niar ❤❤❤
Hapus