Singkong Keju dan Gorengan Tempe


Sebagai remaja dalam masa pertumbuhan, gue sangat memanfaatkan betul waktu-waktu pertumbuhan ini dengan baik, makan makanan yang bergizi, sering mengonsumsi buah, dan yang menjadi menu wajib harian gue adalah minum susu. Ya, susu sepertinya sudah menjadi hal yang tak terpisahkan dengan gue, gue merasa bahwa susu adalah anugerah terindah dari-Nya. Tanpa susu, mungkin tinggi gue akan diam di tempat dan tidak berkembang, seperti sekarang ini. Bisa dibilang susu adalah salah satu cara dari beberapa program peninggian badan untuk gue, meskih kalau dilihat-lihat tinggi gue bisa dikatakan 'ideal', namun faktor akil baligh teman-teman gue yang lebih cepat, membuat gue menjadi terlihat lebih pendek dibanding mereka. 

Selain susu, sejak beberapa bulan lalu gue merasa mulai sering makan diluar batas kewajaran hingga menyebabkan gue tinggi ke samping, bukan, bukan gendut, hanya saja sedikit berisi. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya tugas yang membuat gue selalu ingin ditemani camilan ketika mengerjakannya. Karena hal tersebut, hampir setiap hari gue tidak pernah absen membeli camilan, lain hari selalu lain camilan. Kira-kira begini rumus CAMILAN versi prof. Erikakus Albertus Jeniustus;


(BT + BC) : S = B


*keterangan
BT: banyaknya tugas
BC: banyaknya camilan
S/sekon: lamanya waktu mengerjakan tugas
B: budget yang harus dikerluarkan


Namanya juga kantong pelajar kere, hal yang harus diperhatikan nomor satu adalah budget. Biasanya gue memilih jajanan yang murah dan mengenyangkan, seperti terang bulan, martabak, kebab, gorengan, cakue, roti goreng, roti bakar, kentang goreng, molen.. oke cukup, semakin banyak menulis nama makanan sepertinya iler gue semakin banyak. 

**

Begitu juga dengan kemarin, pr banyak, camilan pun jadi. Sepulang les, hujan masih turun tidak begitu deras. Karena gue tidak ingin menunggu lebih lama, akhirnya gue memutuskan untuk mengambil sepeda, takut hujan akan semakin deras. 

Er, nyemil yuk! Sepoi-sepoi, terdengar bisikan dari telinga kiri. Jangan Er, kamu kan udah susah ngumpulin aku hari ini, masa kamu tega banget jajanin aku? Tiba-tiba terdengar pula bisikan dari uang-uang di dompet gue, entah bagaimana caranya dompet yang ada di tas itu berbisik kepada gue. Gue jadi takut. Seketika terbesit di pikiran gue tentang teman gue yang jualan gorengan di dekat kantor pos, saat itu juga gue berniat membelinya karena sejak lama ingin mencobanya. Sejak beberapa hari yang lalu, gue juga ingin mencicipi singkong keju yang katanya ada di deket tempat temen gue berjualan.


"Eh, er, yang jual singkong keju disana.." kata temen gue ketika gue berhenti di depan kiosnya.

"Bentar, fik, pengen nyoba gorenganmu nih hehe."

"Oh gitu.. masih anget nih"

"Aku beli 10 biji ya, fik"


Jaket gue sudah lumayan basah, sambil menunggu temen gue menyiapkan pesanan gue, gue mencoba mendatangi lokasi warung singkong keju. Letaknya tidak jauh dengan warung temen gue ini, hanya beberapa meter saja sudah terlihat, akhirnya gue berjalan kaki dan mendatangi warungnya. Namun ada yang aneh rupanya, sepertinya itu bukan singkong keju, melainkan cakue dan roti goreng, eh tapi siapa tahu ada singkong keju ya.. walau sepertinya terdengar agak nggak kontras cakue-roti goreng-singkong keju. Dengan segenap keberanian gue bertanya;



"Pak, singkong kejunya ada?" gue bertanya, berharap pedagang cakue dan roti goreng ini juga menjual singkong keju, walau sepertinya mustahil.

"Hah?" raut muka pedagangnya berubah, seperti orang kebingungan.

"SINGKONG...KEJUNYA...ADA??" kata gue mengulanginya dan diberi jeda tiap dua detik.

"Hah? Singkong kejunya nggak ada, yang jual singkong keju itu disana" katanya sambil menunjuk ke arah sebuah gerobak dekat toko vermak jeans.



Gue shock, ternyata gue salah tanggap, jelas saja temen gue bilang 'singkong kejunya bukan disini, kesana aja er naik motor'. Dengan menahan malu, gue mengakhiri pembicaraan dengan berucap terimakasih dan buru-buru memalingkan muka, maunya sih pura-pura beli untuk menutupi kemaluan gue tadi, tapi dompet berkata lain, gue hanya membawa uang pas-pasan dan dengan jumlah bensin yang pas-pasan pula, masa iya gue menuntun sepeda hingga ke rumah hanya demi membeli cakue, itu sama sekali nggak lucu. Yang ada cakuenya malah kempes kena air hujan dan singkong kejunya abis gue cemilin di jalan. 


"Loh, fik, yang jual singkong keju dimana sih?"

"Disana er, bukan yang itu" jawabnya dengan sedikit menahan tawa, sepertinya ia takut menyinggung perasaan gue.


Lalu ia menyodorkan sebuah kresek putih yang isinya adalah pesanan gue, dan gue memberinya selembaran uang lima ribu serta dua ribu rupiah. Karena hujan semakin deras, akhirnya gue mempercepat laju motor, menyebrangi jalan dan membeli singkong keju. 


"Mbak, singkongnya lima ribu ya"


Di rumah, yang gue lakukan untuk menghabiskan semua camilan itu adalah menonton film hunger games: catching fire bersama adik gue. Kami berdua memang nakal, niat membeli camilan untuk menemani belajar, yang ada malah membeli camilan untuk menonton film, ya, besok kami berdua sama-sama ulangan, adik gue ulangan matematika, sementara gue sendiri adalah ulangan pkn. Kita memang sama-sama lemah di bidang itu, bukannya belajar untuk mengatasi kesulitan, eh.. yabegitulah.

Hingga pukul sembilan malam, kami masih asyik menonton film sambil memakan singkong keju dan gorengan tempe. Kenikmatan keduanya memang sama-sama membuat kami melupakan ulangan esok hari, hingga keesokan harinya terjadi tragedi "maaf bu, saya ngga tahu jawabannya.." di kertas ulangan gue. 

Karena singkong keju dan gorengan tempe, gue tidak berhasil menjawab soal-soal yang diberikan dengan baik, karena singkong keju dan gorengan tempe hari ini gue telat berangkat sekolah gara-gara nonton film kemaleman, karena singkong keju dan gorengan tempe tadi malam gue bermimpi mantan. Ini semua memang salah singkong keju dan gorengan tempe, yang terlalu enak untuk dimakan. Aku sayang kalian, wahai singkong keju dan gorengan tempe :) 



Komentar

Postingan Populer