#YukMembaca


PRAKATA DARI PROF. ERIKAKUS ALBERTUS JENIUSTUS :

Dari kecil, gue sangat suka membaca buku bacaan, entah itu buku cerita, majalah anak-anak, atau novel, kecuali buku pelajaran, gue suka eneg sendiri kalau baca buku pelajaran hehe. Menurut gue membaca itu termasuk olahraga, ya olahraga untuk mata dan pikiran, kenapa disebut olahraga? karena posisi mata saat membaca pasti tidak akan terfokus pada satu titik dan kenapa disebut olahraga pikiran? karena setelah membaca, biasanya pikiran kita akan jernih. Gue pernah membaca bahwa membaca lebih ampuh mengembalikan mood saat sedih ketimbang mendengarkan musik. True.

Maaf gue kadang emang suka (sok) pinter dan menafsirkan sesuatu secara pribadi, jadi mohon jangan langsung mempercayai apa yang gue katakan tanpa sumber yang jelas. Guenya aja nggak jelas (nah loh?). Betewe, gue sekarang akan membahas tentang kegiatan yang ringan, murah, dan dapat dilakukan oleh siapa saja, yakni 'membaca'. Niat awalnya, topik ini akan gue buat vlog atau berupa video alias bukan tulisan seperti postingan di blog tapi niat itu gue urungkan karena ternyata... memory handycam gue rusak #bruh. Ngeselin sih, tapi dibalik batu pasti ada udang eh maksudnya dibalik masalah pasti ada hikmahnya.

Emang hikmahnya apaan? hikmahnya gue jadi nulis lewat postingan (lagi) #yaelah. Maklum, masih banyak kebutuhan lain yang lebih penting daripada membeli sebuah memory handycam, jadi gue nggak bisa nuntut seenaknya minta dibeliin. Gue sempat berfikir, "enak kali ya kalau gue dapet sangu banyak, jadi bisa beli sendiri" tapi ternyata sesuatu yang serba ada itu nggak enak karena kita tidak pernah tahu rasanya berjuang. Ceilah gue bijak banget hari ini, mungkin karena banyak masalah jadi banyak hikmahnya *puk puk*. Biasalah, masalah anak kelas 9, mau un! *selipin hesteg #tolakun*

Berbicara masalah 'membaca', gue jadi ingat pesan guru bahasa Indonesia gue 

"Membacalah setiap hari, luangkan waktu minimal 15 menit saja. Kalian bisa nonton tv 2 jam, apelin pacar berjam-jam, masa membaca nggak bisa?"

Bener nggak tuh, karena sekarang jaman makin canggih, mau ke paris tinggal naik jet, mau beli tas tinggal gesek, mau ke luar negeri tinggal capcus, mau antibadai bikin jambul (eh kok malah bahas syahrini?), karena jaman yang semakin maju (bukan maju mundur maju mundur cantik cantik *eh kok bahas syahrini lagi, yang dimaksud depan yakni semakin canggih dan modern) mau baca buku digital tinggal buka e-book, mau baca majalah atau koran tinggal buka gadget. 

Kemudahan-kemudahan itulah yang akhirnya mengubah mindsite seseorang bahwa baca buku pake buku manual itu ribet, berat, memenuhi ruang dan lain sebagainya padahal membaca lewat buku manual lebih asyik. Kalau buku manual memenuhi ruang, kalau benih-benih cinta kamu memenuhi hatiku eh maksudnya apa kalau e-book tidak memenuhi kapasitas memory? Semua itu sama saja. Ibarat makan ayam goreng, yang suka pedes ya pakai sambal, yang nggak suka pedes ya pakai sambal (yang nggak suka pedes sambalnya dibungkus. lah?) , namanya juga hidup, hidup kan pilihan. Yang buat kita nyaman dipertahakan, yang buat kita tidak nyaman tinggalkan.


ISI YANG SESUGGUHNYA :

Eniwei gue ngomongnya kok ngalur-ngidul ngelantur kesana-kemari gini ya?

Yauda gue rapiin nih (emang setrikaan?). Dalam hidup gue #azek, antara membaca dan menulis terdapat keterkaitan yakni sama-sama kata kerja *nahloh?. Jadi gini, orang yang suka membaca pasti mendapat pencerahan (yailah lu kira korban rehabilitasi) maksudnya mendapat inspirasi atau motivasi, apalagi gue adalah orang yang gampang termotivasi dan berubah pikiran, dalam baca gue mendapat banyak ilmu baru yang belum gue ketahui sebelumnya, hingga akhirnya cerpen di majalah bobo selalu menarik gue (tidak, gue tidak mengandung besi atau sejenisnya) untuk dibaca bahkan beberapa diantaranya gue baca berulang kali (karena nggak ada bacaan lain dan edisi selanjutnya baru terbit seminggu lagi #bego), dari situlah gue mulai mencoba-coba menulis cerpen. 

Menulis cerpen ternyata tidak sesusah yang kita bayangkan, hanya menulis apa yang ada dalam pikiran kita, gue harapkan yang ada di pikiran lo bukan masalah proses move on yang gagal dari mantan atau masalah saat kebelet boker tapi ternyata sabun di toilet sudah habis tak tersisa. Sadis. Bukan, bukan itu, untuk menulis dibutuhkan pikiran yang jernih agar hasil karya kita nantinya dapat dinikmati dan diminati. Azek. 

Awal mencoba mengirim cerpen terbilang cukup ekstrem karena gue berniat untuk langsung mengirim cerpen hasil karya gue gue majalah bobo, majalah anak-anak yang cukup ternama, di saat itu gue baru duduk di bangku kelas 3 sd, masa-masa dimana gue masih menjadi bocah ingusan dan baru belajar menulis cerpen, gue sering mengirim tapi nggak pernah dimuat, sebagai anak yang tangguh dan pantang menyerah akhirnya gue kirim lagi, dan beberapa waktu kemudian terkuaklah mengapa gue selalu gagal saat mengirim naskah ke redaksi, jawabannya adalah... gue lupa kasih perangko, eh engga ding jawabannya karena cerpen gue masih sangat amat amburadul sekali (bahasa yang tidak efisien). Majalah bobo mungkin tidak mau menerima cerpen yang harus direvisi semua, ehm bahasa alusnya 'buat lagi ya'. 

Hingga akhirnya diadakan lomba cerpen di sekolah gue dan gue berhasil memenangkan kompetisi tersebut, dari situlah semangat gue terpacu, yang awalnya gue senang membaca akhirnya gue mulai jatuh cinta dengan dunia menulis, kebetulan bokap juga menggemari sastra, gue sering bertanya kepada beliau tentang sesuatu berbau bahasa. Clop. Sekarang gue tidak lagi membaca buku bacaan anak-anak, malinkan sesuatu yang lebih menantang seperti novel terjemahan. Hingga hari ini, gue menulis postingan ini rasanya masih nggak menyangka bisa nulis sebanyak ini dan menulis beberapa naskah cerpen atau novel yang selalu berhenti di tengah jalan karena ketidakkonsistenan gue hehe, gue sangat berterimakasih kepada bokap gue yang mengenalkan gue ke dunia yang sangat indah, dunia tulis menulis.


Intinya membaca adalah jendela dunia, 
yang pasti dunia nyata bukan dunia ghaib *lah?




quotes about reading from goodreads.com




Komentar

Postingan Populer