Back To School


Minggu, 4 Januari 2015

10.00


Jam sepuluh malam, dengan santainya gue masih duduk di depan laptop dan dengan khusyuknya gue menulis sebuah postingan. Entah kenapa gue bisa sesantai itu, padahal besok adalah hari Senin, hari dimana gue memulai aktivitas gue sebagai pelajar (lagi), datang ke sekolah-duduk-belajar-istirahat-belajar-bimbel-pulang dan begitulah seterusnya. Kalau dikatakan capek, yaiyalah capek, bisa dibilang jam belajar pelajar jaman sekarang mengalahkan jam kerja para karyawan kantor. Dengan segudang runtinitas sehari-hari, ditambah jam bimbel di sekolah dan di rumah serta pr yang menumpuk dengan deadline yang selalu menjadi momok. Gue sempat berfikir "kenapa sih kita harus sekolah? semua orang bisa pintar tanpa sekolah" dan selang beberapa waktu gue ke toko buku lalu menemukan sebuah buku (yang kalau nggak salah) judulnya "Rumah Tanpa Sekolah" atau apalah, intinya si penulis mengukapkan bahwa kita bisa pintar tanpa sekolah, nah loh? Bagai gue sekolah tetap prioritas utama, tanpa sekolah gue nggak akan bisa dan nggak akan dapat apa-apa, maka dari itu guru disebut sebagai "pahlawan tanpa tanda jasa". #tsah

"Tidur mbak, jangan malem-malem"
"Iya bu"

Nyokap sudah meingatkan gue untuk tidak tidur larut malam, namun gairah (baca: mood) gue untuk terus menulis masih besar, gue masih semangat menulis postingan karena gue nggak mau mengecewakan para pembaca setia blog gue *geer* *cium layar*. Ya, walaupun pembaca setia gue hanya terdiri dari nyokap, temen-temen gue, temen-temen gue, dan tetep temen-temen gue. Lafyu gaes *ngomong sama tembok*. 

23.50

Sebagai jomblo akut hampir kronis, setiap malam gue terserang insomnia, ya semacam kekurangan darah (eh itu anemia ding). Entah mengapa gue dan malam punya chemistry yang luar biasa (apaan sih?), ya, tiap malam selalu aja ada inspirasi walau kadang tidak bisa tersalurkan dengan baik karena sering gue tunda dan akhirnya gagal. Kalau menurut banyak orang malam itu menakutkan, justru menurut gue malam itu indah (kecuali malam jumat kliwon, itu emang serem) dan pastinya malam itu tenang sehingga bisa melahirkan banyak inspirasi untuk gue. Jika suatu hari nanti ada yang bertanya "Apa sumber inspirasi kamu?" gue akan jawab "Malam" , "Kenapa?"

Karena malam waktu yang tepat untuk kita merenung 
Karena malam waktu yang tepat untuk kita mencari ketanangan dan kedamaian
Karena malam waktu yang tepat untuk kita ngapelin gebetan
Karena malam waktu yang tepat untuk kita melihat bintang

Oke, yang ketiga dan keempat hiraukan saja. Akhirnya setelah jam menunjukkan pukul jam satu pagi, gue mulai terlelap, hari mulai dingin karena hembusan angin malam yang bertiup hingga gorden kamar gue bergerak-gerak sendiri dan gue mulai merinding karena gue tidur sendirian (ah, dasar penakut). 

Senin, 5 Januari 2014

Nggak kerasa hari ini udah hari senin, saatnya gue kembali masuk sekolah, mengikuti upacara bendera, duduk di bangku kelas, menerima materi pelajaran dan seterusnya. Bangun-bangun berasa gue baru tidur sepuluh menit yang lalu, capek. Pengen banget pura-pura sakit tapi gue takut kualat lagi, akhirnya gue mengurungkan niat tersebut. Gue nggak benci sekolah tapi gue benci hari senin, hari dimana memulai rutinitas dan akan terasa tidak seperti 24 jam melainkan 30 jam karena begitu banyaknya aktifitas di hari itu. 

Mungkin, kalau ada nama ilmiah untuk orang-orang phobia hari senin, gue termasuk di dalamnya. Gue berangkat ke sekolah dengan perasaan yang... biasa saja. Tidak ada yang special, gue hanya menantikan saat dimana gue lulus kelak karena gue ingin menikmati lingkungan yang baru. Bukan berarti juga gue nggak nyaman sama lingkungan sekolah yang sekarang. 

Setelah upacara tanpa susunan acara, ya upacara kali ini tidak bisa disebut upacara bendera karena bendera sengaja tidak dikibarkan dan petugasnya juga tidak ada (upacara macam apa ini?), tapi gue sangat bersyukur karena kami tidak perlu berpanas-panasan untuk mengikuti jalannya upacara yang diadakan setiap seninnya (kecuali tanggal merah #yaiyalah). Di kelas ternyata jam kosong atau bahasa gaholnya jamkos sampek mampos! Gila, ini gurunya juga pada males kaya muridnya atau emang lagi rapat, yang pasti kita sebagai murid merasa diabaikan. Apalagi untuk murid kelas 9 seperti gue merasa bahwa waktu kami tidak banyak, hanya tinggal menghitung bulan pake jari ayam kita udah un. Cepet banget ya. 

Sialnya, gue sebagai murid yang rajin membawa semua pelajaran yang tertera di jadwal, tas gue berasa isi bom molotov, berat. Kalau gini caranya, pertumbuhan tinggi badan gue akan terhambat. Tau sendiri lah yah, semakin hari gue tumbuh ke samping-nggak ke atas, gue sering mentangisi diri kenapa gue nggak tinggi-tinggi walaupun banyak yang bilang "kamu itu ideal, pede aja" , dalem hati gue "ideal apaan? seorang murid kelas 9 dengan usia 15 tahun, tinggi 151 dan berat 43 sangatlah jauh dari kata ideal" tapi gue tetap mensyukuri, asal sehat aja gue uda seneng. 

Ngomongin tas gue yang berat tadi, ternyata ketua kelas akan membagikan buku klks baru, entah seberat apa tas gue nanti. Kira-kira sudah mirip sepaket bom molotov lengkap dengan alat penjinak ala densus 88. Kapan anak bangsa bisa tinggi kalau begini caranya? Atau cuman gue emang yang nggak tingg-tinggi ya? Ah, mungkin belum *menghibur diri*. Dan ada satu hal yang kamvret, yakni pembagian jadwal baru. Rasanya seketika gue ingin menangis lalu pulang dan menyobek jadwal lama yang telah membuat tas gue seberat bom dengan alat penjinaknya. Bunyi yang ditunggu-tunggu setiap murid di sekolah penjuru nusantara bahkan dunia yakni bunyi bel, akhirnya berbunyi. Gue bersyukur dan sangat berterima kasih sekali kepada pemencet bel tersebut, karena gue bisa pulang setengah jam lebih awal dari biasanya (tapi denger-denger bel sekolah gue otomatis, kamvret!). 

Kamvret moment gue hari ini nggak cuman itu aja. Saat bel berbunyi dan murid berhamburan keluar lalu mengantri dengan rapi di depan loket stasiun (ini pulang sekolah apa ngantri tiket kereta sih?), gue pun berniat menyalakan hape gue yang sempat low namun apa daya, Tuhan tak menginjinkan, hape gue mati, guenya ikut mati *eh. Dengan sangat terpaksa, gue mengumpulkan keberanian untuk pinjam hape milik teman, kenapa gue harus mengumpulkan keberanian dulu? karena gue orangnya sungkanan dan nggak mau ngerepoting orang, ya tapi kalau gue nggak pinjem gimana bisa pulang. 

SMS 1: Failed
SMS 2: Sending...

Ternyata eh ternyata, setelah mengirim dua pesan singkat ke nyokap gue, dengan sangat kecewa sekali... smsnya gagal. Berasa kaya mau minta putus tapi ke pending gara-gara pulsa abis, miris. Gue berusaha tegar namun gue tidak menerima kenyataan begitu saja, rasa optimis yang gue miliki masih kuat, kokoh dan terlindungi (kok mirip slogan iklan semen ya?). Ada saat dimana rasa optimis gue memudar dan yang ada kini hanya rasa psimis, psimis nggak bisa pulang. Gue berfikir kalau gue beneran nggak bisa pulang nanti, gue akan buat cerpen dengan judul "Ratapan Seorang Pelajar" dimana gue akan ceritain semua hal kamvret selama hari ini. Tapi yang namanya temen kesusahan selalu ada aja yang beneran "temen" menghampiri, tau kan maksudnya? Dia menawarkan untuk telpon nyokap gue, gue mengiyakan tawaran tersebut karena gue takut beneran nggak bisa pulang lalu pulang-pulang buat cerpen "Ratapan Seorang Pelajar" kan ngenes. 

"Beneran nih? Yauda aku misscall aja ya.."

Karena takut merepotkan (kan gue sudah bilang, gue bukan tipe anak yang suka ngerepotin) akhirnya gue ijin ke pemilik hape dengan alasan "misscall aja ya" padahal nanti kalau nyokap gue angkat pasti otomatis gue ngomong "bu jemput aku" dan pulsa si doi akan kesedot huehehe. Namun tak berselang lama, bidadari gue datang, yang pasti bukan bidadari jatuh dari surga dihadapanku eaa (eh kok malah nyanyi) bidadari tersebut tak lain adalah nyokap gue sendiri. Gue berasa jelangkung, pulang tak diundang. Entah apa niat nyokap gue matikan hapenya sampai akhirnya misscall gue tidak tersambung dan sms gue pun gagal, padahal gue nggak lagi ulang tahun jadi gue nggak mungkin dikerjain. 

Yailah, hidup kadang ribet tapi hidup juga tidak bisa ditebak, kapan akan sedih kapan akan senang, kapan akan optimis kapan juga akan psimis, tidak terduga. Ya, namanya juga hidup, penuh kejutan :)



Komentar

  1. Wahhh... kamvret momen loe bikin gue tersadar kalo itu adalah gue.
    Salam kenal Erika. ^_^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer